Kantor Rumah Ilmu

Somewhere on Earth.

Ruang Rapat Rumah Ilmu

Somewhere on the Earth.

Ruang Press Conference Rumah Ilmu

Somewhere on Earth.

PLBN Motaain

Kab Belu NTT

Kamis, 13 Agustus 2015

Langkah-langkah yang anda harus segera lakukan bila anda atau seseorang digigit anjing yang diduga Rabies




Rabies merupakan penyakit asal virus yang dapat ditularkan ke manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi rabies.




Selain anjing, hewan lain seperti kucing, kera dan kelelawar dapat menularkan penyakit ini. 

Virus rabies memiliki sifat yaitu cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak antara lain sabun, deterjen, chloroform dan ether.
Saat digigit anjing yang diduga rabies, maka segeralah cuci luka di air mengalir dengan sabun selama 1 jam untuk menghancurkan Virus rabies. Perlu diketahui bahwa virus rabies pada dindingnya terbungkus oleh lemak. Lemak akan larut bila bersentuhan dengan zat-zat pelarut lemak tersebut di atas. Sabun merupakan produk pelarut lemak yang mudah didapat.
Gigitan hewan yang terkena rabies terbukti nyata mematikan bagi korban. Maka penanganan sesegera mungkin sangat diperlukan, penanganan lebih dari 12 jam akan membuka peluang virus rabies menunjukkan gejalanya. Dan apabila telah terlihat gejala bisa dipastikan korban akan meninggal.
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) terbagi menjadi 3 periode, yaitu :
1. Saat digigit (pre-exposure)
Vaksin diberikan tiga kali yaitu saat digigit, dan diulang di hari ke-7 dan ke-21 atau ke-28 setelah gigitan. Dosis pertama yang diberikan adalah 0,5 mililiter, kemudian menjadi 1,5 mililiter, dan kembali menjadi 0,5 mililiter. Pemberian dilakukan lagi pada tahun berikutnya, kemudian diulang tiap 3 tahun.
2. Setelah digigit (post exposure)
Vaksin diberikan pada saat yang sama dengan vaksin pre eksposure. Namun suntikan pertama diberikan dua kali dengan dosis 0,5 mililiter. Dosis yang sama juga diberikan pada peyuntikan yang kedua dan ketiga.
3. Gigitan berulang (reexposure)
Bila korban kembali digigit dalam waktu kurang dari 3 bulan suntikan re eksposure tidak perlu diberikan. Hal ini dikarenakan antibodi yang diproduksi masih cukup untuk melindungi tubuh.
Bila gigitan terjadi dalam kurun waktu 3 bulan hingga satu tahun, korban harus kembali disuntik satu kali, dengan dosis 0,5 mililiter.
Namun jika gigitan terjadi lebih dari satu tahun, maka suntikan diberikan tiga kali dengan dosis dan durasi seperti suntikan post eksposure.
Vaksin ini tidak menimbulkan dampak buruk apapun. Bekas suntikan terkadang berjejak merah, sedikit bengkak, atau gatal. Namun kondisi ini akan segera menghilang.

Sumber script: Tribun Bali dengan sedikit modifikasi
Sumber Foto: dari berbagai media online

Senin, 03 Agustus 2015

SEKALI MEMBENTAK, MILYARAN SEL OTAK ANAK RUSAK

“Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.”

Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.

Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya.

Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu sendiri. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam memarahi anaknya,” Tidak hanya itu, juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tapi juga hati, jantung dan lainnya.

Teriakan dan Bentakan menghasilkan gelombang suara. Ya, hampir semua orang mengetahui itu. Yang belum banyak diketahui orang banyak adalah, bentakan yang disertai emosi seperti marah menghasilkan suatu gelombang baru.

Emosi negatif seperti marah mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah ini menghasilkan gelombang ketiga dengan efek yang khusus.

Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah sel-sel otak orang yang dijadikan target akan mengalami kerusakan saat dia terkena gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang suara tapi langsung ditangkap oleh otak sebagaimana gelombang otak.

Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran bentakan ini. Pada remaja dan orang dewasa mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-anak, tapi tetap saja terjadi kerusakan.

Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun serta termasuk lambat dalam memahami sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah meluapkan emosi negatif seperti marah, panik atau sedih. Mereka biasanya seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup, karena kesulitan memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-sel otaknya yang aktif lebih sedikit dari yang seharusnya.

Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik, ataupun orang yang lebih tua dari ‘mereka’, sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang baik. Seringkali orang tua bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.

Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.

Mari yuk selalu memberi pujian tulus dan pelukan kasih sayang kepada anak-anak kita agar kelak menjadi anak yang cerdas berjiwa penuh kasih sayang
Sumber: 

Antibiotik super alamiah untuk menghancurkan infeksi kantung kemih dan ginjal setelah sekali pemakaian

Racikan obat alamiah ini dipercaya sangat ampuh menyembuhkan infeksi saluran kencing.

Campurannya adalah sebagai berikut:
– 250 grams of parsley root( akar daun peterseli/ daun sup)
– 250 grams of lemon peel (lemon yang telah dikupas)
– 250 grams of honey (madu)
– 2 dl olive oil (minyak saitun)
Persiapan:
Iris tipis akar daun sup dan masukan dalam blender bersama lemon, madu dan minyak saitun. Campur semua bahan ini sampai tercampur rata.
Aturan pemakaian:
Minum 1 sendok makan ramuan ini tiap pagi. Sisanya disimpan di refrigerator (pendingin)
Selamat mencoba semoga lekas sembuh
Diambil dari: http://www.healthylifetricks.com

Share this