Oleh
Petrus Malo Bulu
Jurusan Peternakan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Jl. Prof. Dr. Herman Yohanes Lasiana Kupang P.O. Box. 1152, Kupang 85011 *Korespondensi: pmalobulu@yahoo.com
ABSTRACT
Foot and mouth disease (FMD) is one of the most economically important livestock viral diseases in the world. The disease is transmitted either directly or indirectly through contact with contaminated environment. FMD is characterized by fever and vesicles in the mouth, nipples and feet of the animal. Some of the problems and challenges of FMD can include: economic losses, quarantine restrictions, an increase in the price of meat and other livestock products due to a decrease in supply, which can have an impact on inflation and people's purchasing power, transmission to other animals, decreased livestock production, disease control costs, such as vaccination costs and costs for treating infected animals. Prevention and eradication of FMD requires a comprehensive approach that includes strict adherence to biosecurity measures, vaccination, active surveillance, quarantine, control of animal movement, as well as education and awareness. Key Words: Epidemiology, Prevention and eradication of Food and Mouth Disease, District of Kupang.
PENDAHULUAN
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah salah satu penyakit virus ternak yang paling penting secara ekonomi di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Aphthovirus dan menyerang sapi, babi, domba, serta banyak spesies satwa liar berkuku belah dimana terdapat tujuh serotipe virus, yaitu A, O, C, Asia 1, dan SAT 1, 2, dan 3 (Pal, 2018). Virus PMK menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau kotorannya, serta dapat ditularkan sebagai aerosol melalui sekresi pernapasan dan melalui susu, air mani, dan konsumsi pakan dari hewan yang terinfeksi yang ditandai dengan demam dan vesikel di mulut, ambing, dan kaki hewan (Amaral Doel et al., 2009). Morbiditas dapat mencapai 100% pada populasi yang rentan, tetapi kematian jarang terjadi kecuali pada hewan muda (Chowdhury et al., 1993). PMK dapat mengganggu produksi ternak dan membutuhkan sumber daya yang signifikan untuk mengendalikannya (Winarsih, 2018). PMK dapat memiliki efek yang signifikan pada peternakan Indonesia berupa kerugian produksi, pembatasan perdagangan, dan biaya pengendalian serta eradikasi. Masalah dan hambatan yang terjadi dalam masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan Bulu, Review: Epidemiologi… 63 PMK di NTT bahkan Indonesia secara keseluruhan dapat berupa penerapan tindakan biosekuriti, vaksinasi, surveilans, karantina, dan kontrol pergerakan hewan. Tindakan atau aktivitas pencegahan dan pengendalian tersebut walaupun beberapa kelihatan sederhana namun seringkali abai untuk dilaksanakan oleh masyarakat. Disamping itu, para peternak pemula bahkan belum mengenal PMK itu sendiri karena penyakit ini telah lama menghilang dari Indonesia. Oleh karena itu pemahaman terhadap penyakit ini termasuk gejala klinis dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh petani-peternak menjadi sangat penting untuk diketahui. Pencegahan dan pengendalian penyakit PMK yang efektif sangat penting untuk diperhatikan secara serius karena dapat memengaruhi pertumbuhan sub-sektor peternakan dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Epidemiologi, pengendalian, dan pemberantasan PMK memerlukan pendekatan multifaset yang mencakup vaksinasi, pembatasan pergerakan, tindakan biosekuriti, dan pemusnahan hewan yang terinfeksi. Indonesia telah berhasil di masa lalu memberantas PMK melalui program vaksinasi yang intensif dan menjadi modal untuk menghadapi PMK yang terjadi saat ini. Kerja sama internasional sangat penting untuk keberhasilan program pemberantasan PMK, karena penyakit ini dapat dengan cepat menyebar lintas batas. Program pemberantasan PMK telah berhasil di beberapa kawasan, seperti Amerika Utara, sementara di kawasan lain, seperti Afrika dan Asia, masih menghadapi tantangan yang signifikan.
PEMECAHAN MASALAH
Dari segi epidemiologi dan penularan, virus PMK terutama menyerang hewan berkuku belah dari ordo Artiodactyla, termasuk sapi, babi, domba, kambing, dan spesies satwa liar (Belsham et al., 2021). Namun, virus PMK juga telah dilaporkan pada >70 spesies artiodactyla liar, termasuk kerbau Afrika, bison, jerapah, unta dan beberapa spesies rusa dan kijang (Rahman et al., 2020). Ada 7 serotipe virus PMK yaitu: A, O, C, Asia 1, dan SAT (South Africa Region) 1, 2, dan 3 dan keragaman lebih lanjut ditemukan antar strain dalam masing-masing serotipe (Belsham et al., 2021). Meskipun PMK telah diberantas dari beberapa wilayah termasuk Amerika Utara dan Eropa. Namun, PMK tersebar secara global di seluruh dunia, dan sebagian besar Afrika, Timur Tengah, dan Asia Selatan dinyatakan endemik penyakit ini (Lihat Gambar 1).
Link-->Full Paper
How to Cite/ Sitasi artkel ini-->Bulu, P.M., 2023. Epidemiologi, Penanggulangan Dan Pemberantasan Penyakit Mulut Dan Kuku (Pembelajaran dari Wabah PMK Indonesia 1887-1997). Partner, 28(1), pp.62-72.