Petrus Malo Bulu*,
Ewaldus Wera*, Ni Sri
Yuliani*
*Program Studi Kesehatan Hewan Politeknik Pertanian Negeri Kupang
e-mail: pmalobulu@yahoo.com
Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan, 2019•jurnal.politanikoe.ac.id
ABSTRAK
Ternak
babi merupakan salah satu jenis ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat
di Kabupaten Kupang dalam menunjang kegiatan ekonomi mereka termasuk untuk
kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan biaya sekolah serta untuk acara
keagamaan dan adat istiadat setempat. Pemeliharaan ternak babi oleh masyarakat
masih bersifat tradisional tanpa manajemen kesehatan yang baik. Politani Negeri Kupang melalui Jurusan Peternakan dengan Program
Studi Kesehatan Hewan yang dimilikinya melakukan pengabdian masyarakat untuk
memperkenalkan manajemen kesehatan pada kelompok tani dengan pendekatan pola
kemitraan. Model pendekatan ini telah berjalan selama 2 tahun dan memungkinkan
masyarakat mendapat pengetahuan, ketrampilan dan praktek beternak secara benar,
dimana program ini didesain dengan pola pendampingan dan penyuluhan serta
pelayanan kesehatan hewan milik anggota mitra.
Hasil pra survey dan survey didapatkan beberapa permasalahan yang
dialami masyarakat kelompok binaan dalam hal tata laksana kesehatan hewan yang
berhubungan dengan sanitasi kandang, kondisi tubuh ternak yang kurang baik
karena menderita cacingan dan anemia, dan juga adanya
penyakit-penyakit yang diderita oleh ternak
termasuk didalamnya mencret putih (white
scours), scabies dan hernia.
Pemecahan
masalah dengan cara penyuluhan yang dilakukan di kelompok tani binaan,
pelayanan kesehatan untuk ternak-ternak yang menderita sakit dan penyakit serta
pendampingan yang disediakan oleh Jurusan Peternakan Politani Kupang. Pada
pelaksanaannya sebanyak 100 ekor ternak
babi mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk
pemberian multivitamin dan mineral, obat cacing (antiparasit-endo dan ekto
parasit), anti lalat, zat besi, dan antibiotik.
Kata Kunci: manajemen
kesehatan, babi, kelompok
tani, Kabupaten Kupang,
pengabdian masyarakat.
PENDAHULUAN
Babi
merupakan salah satu hewan ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat di
Nusa Tenggara Timur dengan jumlah
populasi 2073446 ekor di tahun 2017 dimana 20% (404837) berada di Kabupaten Kupang (BPS
NTT, 2019-https://ntt.bps.go.id/linkTableDinamis/ view/id/191, diakses 19 Oktober 2019). Ternak
babi merupakan komoditas yang menyumbang konsumsi daging terbesar dibandingkan
hewan lain di NTT termasuk di Kabupaten Kupang. Seperti jelaskan oleh Kepala
Dinas Peternakan Provinsi NTT yang
dikutip Antara News (27 Agustus 2018) bahwa rata-rata produksi daging babi
setiap bulan mencapai 2.788.723 kg dengan konsumsi daging babi di NTT terbanyak
yakni 50 persen, disusul unggas 25 persen, daging
sapi 18 persen,
kambing dua persen,
kerbau dua persen
dan kuda serta domba masing-masing satu persen. Oleh karena itu, ternak
babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang berpotensi dikembangkan
untuk mendukung pemenuhan kebutuhan protein hewani di Kabupaten Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Namun
demikian, tantangan terbesar dalam beternak babi di NTT pada umumnya adalah
sistem pemeliharaan dengan sistem perkandangan yang masih tradisional,
rendahnya manajemen kesehatan, dan penyakit hewan yang masih tinggi insidensi
dan prevalensinya dimana beberapa penyakit pada ternak babi telah dinyatakan
endemik di wilayah NTT termasuk Kabupaten Kupang
antara lain Hog cholera
(Tenaya and Diarmita,
2013) atau yang dijuga dikenal
sebagai Classical swine fever (CSF)
dan White Scours pada anak babi .
Permasalah-permasalah
dan tantangan tersebut di atas juga dialami oleh Kelompok Tani Sehati. Kelompok
tani Sehati berlokasi
di RT 01/ RW 01, Kelurahan Tuatuka,
Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT. Kelompok Tani
Sehati terbentuk atas keinginan anggota-anggotanya untuk meningkatkan ekonomi
keluarganya melalui penggemukan ternak babi. Dipilihnya ternak babi sebagai
kegiatan ekonomi mereka terinspirasi oleh keberhasilan kelompok tani lain (Sehati) yang telah lebih
dahulu menjadi Mitra Binaan
Politani Kupang dan cukup berhasil dalam penggemukan ternak babi.
Beternak
babi ras lokal dan berkebun merupakan Aktivitas keseharian anggota kelompok
tani Sehati. Usaha pengembangan usaha ternak babi di kelompok tani Sehati telah
dirintis sejak September tahun 2018, namun kegiatan beternak babi telah
dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok di rumah mereka
masing-masing jauh sebelum
didirikannya kelompok tani tersebut. Beberapa anggota dari
kelompok tani ini berasal dari Kelompok Tani Syalom yang merintis kelompok tani
baru yang kemudian dinamakan Kelompok Tani Sehati. Kegiatan
kemitraan ini telah dimulai
di tahun 2016 pada Kelompok
Tani Syalom dengan introduksi
teknologi pengolahan limbah peternakan, dan dilanjutkan tahun 2017 melalui
introduksi teknologi perkandangan dan pembibitan ternak babi (Randu et al.,
2018).
Untuk
menjawab permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat khususnya kelompok
tani di Kelurahan Tuatuka maka diperkenalkan Program Kemitraan Masyarakat
dengan model Kemitraan Proporsional dilakukan dalam rangka meningkatkan
pemahaman, kesadaran dan praktek
beternak babi yang benar pada kelompok
tani mitra. Pola kemitraan ini memberikan porsi keuntungan lebih
besar pada kelompok mitra untuk meningkatkan semangat beternak para petani yang
tergabung dalam kelompok tani mitra.
Evaluasi
yang dilakukan terhadap anggota kelompok
tani Sehati di tahun 2019 menunjukkan
bahwa keinginan anggota kelompok untuk melakukan usaha penggemukan ternak babi
secara berkelanjutan mengalami hambatan, terutama berkaitan pemasaran ternak
babi mereka, , terbatasnya modal untuk meningkatkan skala usaha, analisis usaha
yang belum dilakukan, dan kurangnya pengetahuan anggota mitra tentang manajemen
kesehatan ternak babi. Usaha budidaya ternak di Kelompok Tani Sehati seperti usaha pemeliharaan babi yang
dilakukan oleh sebagian
besar masyarakat perdesaan
saat ini adalah masih
bersifat sambilan dengan skala usaha pemeliharaan rata-rata 10 ekor/peternak serta orientasinya untuk menghasilkan komoditas sesuai permintaan pasar juga masih rendah
(Dewantari et al., 2017). Namun
secara umum usaha pemeliharaan ternak seperti itu juga tetap diandalkan sebagai
sumber pendapatan, penghasil daging, sebagai sumber lapangan kerja, penggunaan limbah pertanian atau rumah tangga dan sebagai
tabungan bagi masyarakat yang sewaktu-waktu dapat
diuangkan bila dibutuhkan (Pardosi, 2004). Sebuah penelitian pada nelayan di
Desa Nembrala Pulau Rote menunjukan bahwa usaha ternak babi memberikan
keuntungan yang tinggi pada masyarakat nelayan dan usaha ternak babi menjadi alternative usaha alternative yang
menjanjikan bagi mereka di saat tidak melaut (Paulus, 2019)
Untuk
mengatasi berbagai kendala yang dialami oleh anggota kelompok tani Sehati,
telah ditawarkan suatu model
pendekatan yang disebut kemitraan proporsional. Model kemitraan proporsional tersebut pada
usaha penggemukan ternak babi menawarkan tingkat keuntungan yang bervariasi dan tidak membebani anggota kelompok tani.
Model kemitraan ini telah
diterapkan pada kelompok tani lain (Kelompok Tani Syalom), dimana model ini
terbukti telah
memberikan keuntungan yang sebanding dengan
tingkat investasi anggota kelompok tani. Tingkat investasi
yang dimaksud berupa sarana produksi (lahan dan kandang babi) yang disiapkan
oleh anggota kelompok tani Sehati.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kelompok Tani Sehati merupakan bagian dari implementasi Program Kemitraan Masyarakat
(PKM) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan anggota mitra
kelompok tani tentang model kemitraan proporsional yang diadopsi dan
diduplikasi dari model kemitraan yang sama pada kelompok tani yang berbeda.
MATERI DAN TARGET LUARAN
Materi dan target luaran
dari program kemitraan masyarakat mencakup Penerapan menejemen kesehatan hewan dalam meningkatkan produktivitas
ternak, Pencegahan penyakit pada ternak babi melalui program vaksinasi, dan
pemahaman tentang Penyakit Bakterial Pada Ternak babi, Penyakit Viral Pada
ternak babi, Penyakit Parasiter yang sering menyerang ternak babi, serta
sanitasi dan desinfeksi kandang.
Disamping itu, kegiatan ini menghasilkan luaran berupa:
-
Publikasi ilmiah di jurnal/prosiding
-
Publikasi pada media massa
- Peningkatan kuantitas
dan kualitas produk,
tahun ke-1 Target:
berupa kegiatan pencegahan
dan penangan kesehatan hewan.
-
Peningkatan pemahaman
dan ketrampilan masyarakat,
- Penyuluhan untuk kelompok Tani mitra yang dilakukan dengan metode ceramah
dan diskusi.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan menggunakan beberapa
metode antara lain:
1.
Pra Survey dan Survey Lapangan
Kegiatan survey
lapangan dilaksanakan sebelum
kegiatan dimulai. Kegiatan
ini dilakukan untuk penentuan
lokasi pengabdian.
2. Wawancara.
Wawancara bertujuan
untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh masyarakat
dalam usaha peternakan. Kegiatan ini
dilaksanakan pada saat survey lokasi kegiatan.
3.
Koordinasi kegiatan dan penjadwalan kegiatan lapangan
Dalam
melaksanakan kegiatan pengabdian dilapangan, perlu adanya koordinasi antara tim
pelaksana pengabdian dan mitra. Kegiatan pelaksanaan pengabdian dilaksanakan
berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan bersama
dan disesuaikan dengan
jadwal para petani peternak.
4. Penyuluhan dan
diskusi.
Penyuluhan
dan diskusi bertujuan untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan tentang gejala-gejala penyakit yang sering menyerang ternak dan juga pengenalan tentang gangguan reproduksi pada hewan
ternak. Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan agar pengetahuan masyarakat
tentang beberapa jenis penyakit yang sering menyerang ternak dapat meningkat.
5.
Pendampingan
Melalui kegiatan
ini diharapkan agar masyarakat mendapatkan solusi dai masalah
yang mereka hadapi dengan pendampingan diberikan oleh Jurusan
Peternakan.
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
HASIL KEGIATAN
Dalam
pelaksanaannya, program kemitraan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan hewan ini dilakukan dengan kegiatan pencegahan dan penangan kesehatan
hewan ternak babi dan ternak lain yang dimiliki oleh
kelompok tani Sehati. Disamping itu, dilakukan pula penyuluhan dengan ceramah
dan diskusi dengan kelompok tani.
Upaya Pencegahan Penyakit
-
Penyakit pada ternak babi dapat
berupa penyakit infeksius dan non infeksius. Kejadian penyakit pada hewan
ternak harus dipahami sebagai akibat dari multi faktor termasuk kondisi ternaknya misalnya karena kekurangan multivitamin atau mineral
tertentu, sanitasi kandang
yang tidak baik, biosekuritas yang tidak dilakukan, maupun adanya infeksi agen
penyakit tertentu. Ini berarti bahwa kejadian penyakit bersifat preventable atau dapat dicegah dengan
penerapan manajemen kesehatan yang baik
dan benar diantaranya dengan vaksinasi, pemberian multivitamin dan mineral, dan
dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sanitasi kandang,
Biosekuritas dan penyakit sehingga mereka sendiri dapat melakukan pencegahan
penyakit dengan praktek beternak yang baik dan baik.
-
Pemberian multivitamin dan mineral.
Pemberian
mineral membantu berbagai fungsi struktural dan metabolisme pada babi dan
ditemukan di semua komponen tubuh, termasuk tulang,
otot, organ dalam(Jeroan), darah, dan jaringan serta cairan tubuh lainnya. Beberapa mineral
ditemukan dalam jumlah yang relatif besar sementara yang lain ditemukan dalam
jumlah kecil atau jejak. Vitamin diperlukan
untuk fungsi metabolisme normal dalam tubuh.
Vitamin umumnya diperlukan sebagai faktor pendamping dalam
reaksi metabolik.
-
Penyuluhan tentang Sanitasi
Kandang, Biosekuritas dan penyakit.
Petani khususnya peternak babi membutuhkan pemahaman yang baik mengenai kesehatan ternaknya, karena hewan yang
sehat pasti menentukan produktifitasnya. Dalam banyak tempat dan waktu,
kesehatan hewan (Sanitasi Kandang, Biosekuritas dan penyakit ) terabaikan oleh
peternak terutama ketika hewan masih dalam keadaan sehat dan mereka baru
memerlukannya ketika hewan sakit parah bahkan sekarat. Ketika mereka memerlukan
pengetahuan dan pemahaman serta penanganan masalah kesehatan itu, mungkin saja sudah terlambat. Maka dari itu, mereka harus disadarkan bahwa pencegahan
dini terhadap penyakit dapat mereka lakukan dengan kegiatan rutin dan sederhana
oleh mereka sendiri. Dalam penyuluhan kesehatan hewan di Kelompok tani Sehati,
hal-hal tersebut di atas menjadi bahan diskusi dan penyuluhan bagi kelompok
tani. Mereka juga mendapat pemahaman bahwa penyakit hewan tidak muncul begitu
saja tanpa adanya faktor resiko, nah dengan memahami faktor resiko ini mereka
dapat mencegahnya.
Pencegahan Anemia
pada Anak Babi.
Anemia banyak
dialami oleh babi-babi kecil, sekitar umur 3 minggu.
Anemia yang akut dapat
menimbulkan kematian dengan tiba-tiba pada anak babi, sedang dalam bentuk
kronis bisa mengakibatkan babi menderita scours (mencret). Penyebabnya termasuk
karena kekurangan zat besi dan tembaga, dimana babi tak ada kesempatan
mendapatkan tambahan mineral dari dalam tanah; Babi induk susunya hanya sedikit
mengandung zat besi.
Tanda
klinis babi yang menderita anemia yaitu pucat, diare (mencret), pertumbuhan
terganggu dan kekurangan berat badan,
babi banyak berbaring dan buang kotoran
disekitar tempat mereka berbaring. Pencegahan dan pengobatan yang dapat
dilakukan yakni: babi
bunting diberi
makanan tambahan mineral
yang banyak mengandung zat besi dan tembaga;
anak babi diberi zat besi dan tembaga.
Pada pelaksanaan kegiatan di
Kelompok Tani Sehati, dilakukan pemberian zat besi (Ferdex plus) untuk
ternak babi milik
kelompok terutama menarget
anak babi berumur
kurang dari 3 bulan (Batilan atau Bawah tiga bulan)
Gambar 1.
|
|
Gambar 1. Pemberian
Zat Besi pada anak babi di kelompok
tani Sehati Tuatuka
Penanganan Penyakit dan Kelainan Pada ternak babi
White Scours
(Mencret Putih)
Penyakit ini sering diamati pada anak babi yang menyusu
dari usia 2 hingga 4 minggu. Ini ditandai dengan faeces putih, abu-abu, atau
kuning, yang biasanya dari pucat dan kadang- kadang konsistensi setipis air;
penyakit mempengaruhi beberapa atau semua hewan pada satu induk (Dong, 2018).
Meskipun kematian dapat terjadi, anak-anak babi biasanya tidak tampak sakit
parah. Hewan yang terkena sering agak tertekan dan enggan bergerak. Jika
penyakitnya berlangsung beberapa hari, penyakit ini dapat menyebabkan anak
babi kehilangan kondisinya.
Agen Penyebab White Scours
Bakteri E. coli adalah penghuni
umum usus babi dan ada dua jenis,
non hemolitik dan hemolitik,
yang menggambarkan apakah
organisme menyebabkan hemolisis
pada media kultur
atau tidak (Mouwen, 1971. ).
Bakteri Escherichia Coli dapat masuk lewat tali pusat yang sakit (infeksi).
Dan biasanya babi kecil mudah menderita mencret putih akibat kedinginan, lantai
lembab, makanan induk jelek, dan sebagainya atau anak babi terlampau banyak
menyusui.
Pencegahan terhadap White Scours
White scours
dapat dicegah dengan
program pakan pada induk yang benar induk,
kurangi pakan menjelang
melahirkan. Disamping itu, bersihkan dan lakukan penyemprotan kandang tempat
melahirkan dengan desinfektan, jaga kandang agar tetap kering, tidak lembab dan tidak becek;
Siapkan tempat berlindung
piglets supaya tidak kedinginan (32-35°C) dan tidak terkena angin
langsung. Suntik induk babi dengan antibiotika menjelang melahirkan atau setelah
melahirkan serta bantu babi saat melahirkan.
Anak babi yang baru lahir segera dikeringkan bagian badan,
hidung dan rongga mulutnya. Setelah itu, segera potong tali pusar dan diberi
betadine, potong gigi dan potong ekor bila diperlukan. Suntik zat besi (Ferdex, 2 cc/ekor) sebelum
berumur 2 hari untuk mencegah
anemia. Kemudian, anak babi
dibantu untuk menyusui (mendapatkan kolostrum) terutama yang kesulitan
mendapatkan bagian puting. Siapkan juga obat lain: Oxytocin, antiradang,
penurun demam dan antibiotika. Antibiotika / antikoksi diberikan saat menyapih.
Kasus White Scours di Kelompok Tani Sehati sebanyak 4 ekor, yang ditangani
dengan pemberian antibiotik Enrofloxacin dan herbal
(rebusan daun jambu
biji) untuk menghentikan diare serta juga dibantu
dengan pemberian zat besi dan perbaikan temperatur kandang.
Pemberian Obat Cacing
![]() |
Kejadian kecacingan pada temak babi sering terjadi
dan cukup merugikan pada petemakan babi. Pada kegiatan Program
Kemitraan Masyarakat di Kelompok Tani Sehati (kelompok tani mitra binaan)
dilakukan pemberian obat cacing sediaan injeksi pada ternak babi. Kondisi badan
ternak babi milik warga di kelompok tani tersebut yang dipelihara di rumah
masing-masing anggota kelompok tergolong sedang, yang dicurigai menderita
cacingan.
Gambar 2. Pemberian Obat Cacing pada ternak Babi milik Kelompok Tani
Penanganan Hernia Umbilicalis pada anak babi
Hernia umbilicalis merupakan kelainan yang terjadi pada
anak babi terutama pada anak babi selepas sapi.
Straw (2009) menjelaskan bahwa terdapat berbagai
faktor genetik dan lingkungan berkontribusi terhadap pembentukan hernia
umbilikalis, yang terjadi ketika otot-otot pendukung yang melemah di sekitar
tunggul pusar atau daerah pusar mengganggu penutupan bukaan pusar, memungkinkan
usus menonjol keluar melalui dinding perut. Lesi Umbilicalis dilaporkan
memiliki hubungan atau menjadi salah
satu faktor resiko
terjadinya Hernia umbilicalis (Searcy- Bernal, 1994). Hernia
diklasifikasikan sebagai kejadian langsung atau tidak langsung tergantung pada apakah lingkaran
usus di luar perut ditutupi
oleh peritoneum atau tunik vagina (tidak langsung), atau apakah usus
langsung menyentuh kulit (langsung) (Grindflek, 2006).
Pada
kelompok Tani Sehati ditemukan 2 ekor anak babi yang menderita Hernia umbilicalis (Gambar 4). Babi yang
menderita hernia tersebut ditangani dengan melakukan operasi penutupan lubang
hernia (Gambar 5). Proses penyembuhan hernia berlangsung 10-15 hari dimana
bekas jahitan akan menutup sempurna pada hari ke-10 (Gambar 6 ). Namun bisa saja
terjadi pembukaan bekas operasi hernia bila anak babi tersebut terlalu aktif
ketika proses penyembuhan hernia belum sempurna.
Gambar 3. Hernia Umbilicalis pada ternak babi
![]() |
Gambar 4. Penanganan Hernia
Umbilicalis/Inguinalis pada ternak babi di Kelompok Tani
Sehati
|
|
Gambar 5. Proses
Penyembuhan Hernia pada Babi pasca Operasi
Penyuluhan Kesehatan Hewan Ternak Babi
Dalam upaya mentransfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan serta perilaku beternak
yang baik dan benar, maka
dilakukan penyuluhan pada kelompok tani tersebut dengan metode ceramah dan
diskusi. Materi penyuluhan mencakup pencegahan dan penanganan kesehatan hewan
ternak babi sebagai dijabarkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Materi
Penyuluhan Kesehatan Ternak babi pada Kelompok Tani
Sehati
No |
Materi |
Deskripsi Kegiatan |
1. |
Penerapan menejemen kesehatan hewan dalam
meningkatkan produktivitas ternak. |
Materi kegiatan
ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya penerapan
manajemen kesehatan hewan dalam setiap jenis usaha peternakan yang dilakukan
agar memberi dampak pada peningkatan produkivitas ternak. Materi diberikan dalam bentuk
diskusi dan untuk memudahkan mitra
diberikan brosur atau leaflet. |
2. |
Pencegahan
penyakit pada ternak babi melalui program vaksinasi |
Materi kegiatan
ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai salah satu cara pencegahan
penyakit pada ternak melalui kegiatan vaksinasi sehingga mitra dapat
mengetahui pentingnya vaksinasi, jenis vaksinasi dan waktu yang tepat untuk
melakukan vaksinasi. Materi
diberikan dalam bentuk
diskusi dan untuk memudahkan mitra
diberikan brosur atau leaflet. |
3. |
Penyakit Bakterial Pada Ternak babi |
Kegiatan ini
bertujuan agar mitra mengenal penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang
menyerang ternak babi seperti Hog cholera, bagaimana melakukan pencegahaan dan |
No |
Materi |
Deskripsi Kegiatan |
|
|
penanggulangan penyakit ini. Materi diberikan dengan
diskusi dan praktik lapang dengan pemberian vaksin Hog cholera serta pemberian brosur/ leaflet. |
4. |
Penyakit Viral
Pada ternak babi |
Kegiatan ini
bertujuan untuk pengenalan berbagai jenis penyakit dengan penyebab viral yang
dapat menyerang ternak seperti
penyakit Hog Cholera pada babi,
bagaimana mengenali gejala-gejala penyakit serta upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit tersebut. Materi diberikan dalam bentuk diskusi dan juga pemberian Brosur/ leaflet. |
5. |
Penyakit Parasiter
yang sering menyerang ternak babi. |
Mitra diberikan
informasi hal-hal yang penyebab meningkatkan prevalensi cacing, pengobatan
serta pencegahannya. Kegiatan ini berupa diskusi
dan praktik lapang dengan pemberian obat cacing pada ternak yang terinfeksi
cacing. Selain itu mitra juga akan diberikan brosur/ leaflet. |
6. |
Sanitasi dan Desinfeksi kandang ternak |
Kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan informasi kepada Mitra tentang pentingnya sanitasi
dan desinfeksi kandang sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit menular.
Kegiatan yang dilakukan berupa diskusi dan pemberian leaflet
/ brosur. |
LUARAN YANG DICAPAI
Program kemitraan masyarakat ini menghasilkan beberapa luaran yakni:
- Publikasi ilmiah di jurnal/prosiding, tahun ke-1 Target:
dalam progress Artikel Abdimas
/Paper Pengabdian untuk Partner.docx
- Publikasi
pada media massa: telah dipublikasikan pada media massa Pos Kupang tersaji pada
link ini: https://kupang.tribunnews.com/2019/08/24/pkm-peternakan- politani-dampingi-kelompok-tani-sehati-ini-yang-dilakukan ( PKM
Jurusan Peternakan 2019 ) dan juga dalam bentuk video
yang ditayangkan pada AFBTV
yang tersaji pada link ini: https://www.youtube.com/watch?v=BS8A6UROBCI
- Peningkatan pemahaman masyarakat, tahun ke-1 Target: Penyuluhan telah dilakukan pada
kelompok mitra yang dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan
produktifitas ternak babi dengan pendekatan kemitraan proporsional melalui
program pengabdian masyarakat pada Kelompok Tani Sehati
ini memberikan dampak positif
pada peningkatan pemahaman, kecakapan dan praktek beternak
pada masyarakat kelompok mitra yang pada gilirannya
meningkatkan taraf hidup anggota kelompok mitra.
Dalam
pelaksanaannya, PKM ini telah memberikan manfaat terhadap peningkatan
pemahaman, kecakapan dan praktek beternak dari anggota kelompok mitra terutama
dalam hal manajemen kesehatan hewan termasuk pencegahan dan penanganan penyakit
hewan yang mereka hadapi.
Keikutsertaan
dan partisipasi aktif kelompok mitra merupakan indikator keberhasilan proses
transfer pengetahuan dan ketrampilan pada anggota kelompok. Muara dari semua kegiatan ini yakni peningkatan kesejahteraan
kelompok tani melalui peningkatan pendampatan mereka dari kegiatan beternak
babi yang sehat dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Dewantari, M., Paramartha, I.K dan Sukanata,
I. W. 2017. Profil Usaha Peternakan Babi Skala Kecil di Desa Puhu Kecematan
Payangan Kabupaten Gianyar. Majalah
Ilmiah Peternakan, 20, 79-83.
Dong,
H., Zhang. H., Li, K., Mehmood, K., Rehman, M.U., Nabi, F., Wang, Y., Chang,
Z., Wu, Q. dan Li, J. 2018. Prevalence and Potential Risk Factors For Escherichia Coli Isolated
From Tibetan Piglets With White Score Diarrhea. Pakistan Journal of Zoology, 50(1).
Grindflek,
E.,. Moe, M., Taubert, H., Simianer, H., Lien, S dan Moent, T. 2006. Genome-
wide linkage analysis of inguinal
hernia in pigs using affected
sib pairs. BMC genetics, 7(1), p.25.
Mouwen, J. M.V.M. 1971.
White Scours in Piglets; I. Stereomicroscopy of the Mucosa
of the Small Intestine.
Veterinary pathology, 8, 364-380.
Pardosi, U.
2004. Pengaruh Perkawinan Antara Tiga Bangsa Babi Terhadap Prestasi Anak dari Lahir Sampai Dengan
Sapih di PT Mabarindo Sumbul
Multi Farm. VISI Majalah
Ilmiah. Universitas HKBP Nommensen. 12 (3): 249-260.
Paulus, C.
A., Pellokila, M.R., Sobang, Y., U.
dan Azmanajaya, E. 2019. The Alternative Livelihood Development Strategy In Order To Improve
Local Fishermen Revenue
In The Border Region of
Indonesia and Timor Leste. Aquaculture,
Aquarium, Conservation & Legislation, 12(1), pp.269-279.
Randu, M. D. S., Supit, M.A.J.,
Tabun, A.C., Nalle,
C.L., dan Bulu,
P. M.. 2018. Penerapan Model Kemitraan Proporsional Dalam Mendukung
PKM Penggemukan Ternak Babi Di Kelompok Tani Syalom, Kabupaten Kupang. . Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan,
Volume 3 No 1 Tahun 2018.
Searcy-Bernal, R., Gardner, I.A. dan Hird, D.W. 1994. Effects of Factors Associated With Umbilical Hernias In A Swine Herd. Journal of the American Veterinary Medical Association, 204(10),
pp.1660-1664.
Straw, B.,
Bates, R. dan May, G. 2009. Anatomical Abnormalities In A Group of Finishing
Pigs: Prevalence and Pig Performance. Journal of Swine Health
and Production, 17(1),
pp.28- 31.
Tenaya, M dan Diarmita, K. 2013. Gambaran Situasi
dan Hasil Surveilan Penyakit Hog Cholera
di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun 2009-2012. Buletin Veteriner BBVet Denpasar, 25, 82.