Senin, 10 Februari 2025

Pemeriksaan E. coli di Laboratorium



Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri yang banyak ditemukan di lingkungan, makanan, dan usus manusia atau hewan. Sebagian besar strain E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa dapat menyebabkan penyakit serius. Oleh karena itu, pemeriksaan E. coli di laboratorium sangat penting dalam pengujian kualitas makanan, air, dan produk lainnya untuk memastikan keamanan konsumsi.


Tujuan Pemeriksaan E. coli

  1. Menilai Keamanan Produk – Untuk memastikan makanan, air, atau sampel lainnya bebas dari kontaminasi E. coli yang berbahaya.
  2. Mendeteksi Kontaminasi Feses – Kehadiran E. coli dalam makanan atau air menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi dari tinja manusia atau hewan.
  3. Memantau Kualitas Sanitasi dan Higiene – Digunakan untuk menguji kebersihan dalam industri makanan, farmasi, dan kesehatan.
  4. Identifikasi Strain Patogen – Beberapa strain seperti E. coli O157:H7 dapat menyebabkan infeksi serius, sehingga perlu diuji lebih lanjut.



Metode Pemeriksaan E. coli di Laboratorium

1. Uji Pendekatan Awal (Presumptive Test)

Dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keberadaan E. coli dengan media selektif.

  • Metode MPN (Most Probable Number)
    • Menggunakan media Lactose Broth atau Lauryl Sulfate Tryptose (LST) Broth.
    • Jika terjadi fermentasi laktosa dengan produksi gas, kemungkinan terdapat E. coli atau bakteri koliform lain.
  • Metode PCA (Plate Count Agar) untuk Total Bakteri
    • Digunakan untuk menghitung total mikroba dalam sampel sebelum dilakukan identifikasi spesifik.

2. Konfirmasi E. coli dengan Media Selektif

Untuk memastikan keberadaan E. coli, sampel ditanam pada media khusus seperti:

  • EMB Agar (Eosin Methylene Blue) → Koloni E. coli akan tampak metallic green sheen.
  • MacConkey Agar → E. coli tumbuh sebagai koloni merah muda karena fermentasi laktosa.
  • TBX Agar (Tryptone Bile X-Glucuronide) → E. coli tumbuh dengan warna biru-hijau.

3. Identifikasi Biokimia

Untuk mengonfirmasi bahwa bakteri yang ditemukan benar-benar E. coli, dilakukan uji biokimia, seperti:

  • Uji IMViC (Indole, Methyl Red, Voges-Proskauer, Citrate)
    • Indole (+), Methyl Red (+), VP (-), Citrate (-) mengindikasikan E. coli.
  • Uji Oxidase (-) → E. coli adalah bakteri oksidase negatif.
  • Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) → Hasil asam/asam tanpa H₂S mengindikasikan E. coli.

4. Identifikasi dengan PCR atau Serologi (Jika Diperlukan)

  • PCR (Polymerase Chain Reaction) → Untuk mendeteksi gen spesifik strain patogen seperti E. coli O157:H7.
  • Uji Serologi (Latex Agglutination Test) → Untuk mendeteksi antigen spesifik dari strain patogen.

Interpretasi Hasil

  • Jika tidak ada pertumbuhan pada media selektif, berarti sampel bebas dari E. coli.
  • Jika ditemukan E. coli, perlu diperiksa lebih lanjut apakah strain tersebut patogen atau non-patogen.
  • Jika ditemukan strain patogen, maka produk dianggap tidak layak konsumsi dan harus ditindaklanjuti.

Standar Regulasi untuk E. coli

  • Air Minum: Tidak boleh ada E. coli dalam 100 mL sampel (SNI 01-3553-2006, WHO).
  • Makanan: Batas maksimum tergantung jenis makanan (BPOM, Codex Alimentarius, FDA).
  • Produk Susu dan Olahan: Harus bebas dari E. coli patogen.

Kesimpulan

Pemeriksaan E. coli di laboratorium penting untuk memastikan keamanan makanan dan air. Metode yang digunakan melibatkan uji awal (MPN atau PCA), konfirmasi dengan media selektif (EMB, MacConkey), uji biokimia (IMViC, TSIA), hingga metode molekuler (PCR) jika diperlukan. Kehadiran E. coli dapat menjadi indikator sanitasi yang buruk dan potensi kontaminasi feses, sehingga hasilnya sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan terkait keamanan pangan dan kesehatan masyarakat.


Share this